KHUTBAH JUM'AT - TANGGUNGJAWAB ORANG KAYA
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا
كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا
بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى
آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا
بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah …
Kita
bersyukur pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan
pada kita, nikmat harta, nikmat umur panjang, dan nikmat sehat, ini adalah
semua nikmat yang wajib kita syukuri. Lebih-lebih lagi nikmat yang paling
utama, Allah masih memberi nikmat iman dan Islam. Nikmat iman tentu lebih
istimewa daripada nikmat kekayaan, karena iman inilah yang menjadi jaminan kita
bahagia. Karena letak bahagia itu adalah dengan QANA’AH yaitu dengan hati yang
selalu merasa cukup.
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan
Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى
فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa
di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan
masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari
itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR.
Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah, no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini
hasan gharib).
Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita yang menjadi teladan juga dalam
hidup sederhana yaitu Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
begitu pula kepada Ummahatul Mukmini, istri-istri beliau yang tercinta, yaitu
(1) Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti Zam’ah, (2) ‘Aisyah binti Abi Bakr,
(3) Zainab binti Khuzaimah, (4) Ummu Salamah binti Abi Umayyah, (5) Zainab
binti Jahsy, (6) Juwairiah binti Al-Harits, (7) Ummu Habibah Ramlah binti Abi
Sufyan, (8) Shafiyah binti Huyay, (9) Maimunah binti Al-Harits, (10) Hafshah binti ‘Umar, juga kepada para
khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum)
serta yang mengikuti para salaf tadi dengan baik hingga akhir zaman.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah …
Sebagaimana tadi
dianjurkan untuk hidup qana’ah (merasa cukup), namun tidak tercela jika
seseorang itu kaya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan pernah
memberikan sanjungan pada orang kaya.
Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata,
ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ
الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا
نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ
، وَيَتَصَدَّقُونَ
“Orang-orang
kaya dengan harta selalu mendapatkan kedudukan tinggi dan nikmat yang terus
menerus. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka berpuasa sebagaimana
kami puasa. Mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa pergi berhaji,
berumrah, berjihad serta bershodaqoh.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ
أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ
خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ
وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ
“Maukah
kuberitahu pada kalian jika kalian mau mengamalkannya, maka kalian akan
mengejar ketertinggalan dari orang-orang kaya dan tidak ada yang mendapati setelah
itu. Engkau akan mendapatkan kebaikan lebih dari mereka. Kecuali jika mereka
mengamalkan yang semisal. Amalkanlah tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing
sebanyak 33 kali.”
فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ
ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا
وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ
»
“Kami pun
berselisih. Sebagian kami bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir
34 kali. Aku pun kembali menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas beliau mengatakan, “Berdzikirlah dengan menyebut “subhanallah,
walhamdulillah, wallahu akbar” dari setiap dzikir itu 33 kali.” (HR.
Bukhari no. No. 843 dan Muslim no. 595)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
dari Abu Shalih yang meriwayatkan dari Abu Hurairah
فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا
فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ذَلِكَ
فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ »
“Orang-orang
fakir dari kaum muhajirin kembali pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang kaya mendengar apa yang kami
lakukan. Maka mereka melakukan. ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
menjawab, “Demikianlah karunia yang dianugerahkan pada siapa saja yang Allah
kehendaki.” (HR. Muslim, no. 595)
Ketika menjelaskan hadits di atas
disebutkan oleh Imam Nawawi,
وَفِي هَذَا الْحَدِيث دَلِيل لِمَنْ فَضَّلَ الْغَنِيّ
الشَّاكِر عَلَى الْفَقِير الصَّابِر
وَفِي الْمَسْأَلَة خِلَاف مَشْهُور بَيْن السَّلَف وَالْخَلَف مِنْ الطَّوَائِف
. وَاللَّهُ أَعْلَم
“Dalam hadits
ini terdapat dalil akan keutamaan orang kaya yang pandai bersyukur daripada
orang miskin yang mau bersabar. Manakah yang lebih utama daripada keduanya
terdapat perselisihan di antara para ulama salaf dan khalaf dari berbagai
kalangan. Wallahu a’lam.”
Andai kita jadi orang kaya, apa
yang mesti kita lakukan:
1- Harus diingat bahwa harta itu
akan ditanya dari mana diperoleh dan ke mana disalurkan?
Dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ
مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki
seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai:
(1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3)
hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai
tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah
Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
2- Sudahkah keluarkan nafkah
yang wajib?
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
».
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang cukup dikatakan berdosa jika
ia melalaikan orang yang ia wajib beri nafkah.” (HR. Abu Daud no. 1692.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
3- Sudahkah keluarkan zakatnya?
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ
وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34) يَوْمَ
يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ
وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
(35)
“Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS.
At-Taubah: 34-35)
4- Jangan israf dan tabdzir
Ibnu ‘Abidin berkata,
الإسراف: صرف الشيء فيما ينبغي زائداً على ما ينبغي،
والتبذير: صرف الشيء فيما لا ينبغي
“Israf adalah
menyalurkan sesuatu yang layak melebihi dari kadar layaknya. Sedangkan tabdzir
adalah menyalurkan sesuatu pada sesuatu yang tidak layak.”
Allah Ta’ala berfirman,
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ
مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak
Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Tentang tabdzir, Allah Ta’ala
berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ
كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’:
26-27).
5- Menjadi kaya jangan sampai
menjadi ajang pamer
Ingat peringatan Allah,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
(2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ
تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)
“Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul
yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)
Demikian khutbah pertama ini. Moga
Allah memberi taufik dan hidayah.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Amma ba’du …
Ma’asyirol muslimin jama’ah
shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Lebih enak menjadi orang miskin
karena hisabnya lebih mudah pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ
الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
“Orang
beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu
setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan
Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini
hasan)
Ingatlah wahai
kaum muslimin, jangan sampai kita menjadi orang-orang yang sombong dengan
kekayaan kita, sehingga melupakan kewajibandan ibadah kepada Allah.
Semoga dengan
izin Allah dan ridha-Nya, kita dimudahkan mendapatkan syafaat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pada hari kiamat. Di antara amalan untuk mudah
mendapatkan syafaat adalah memperbanyak shalawat, terutama di hari Jumat ini.
Ingatlah pula doa pada hari Jumat adalah doa yang mustajab, semoga doa-doa kita
diperkenankan oleh Allah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ
وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ
بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ
الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ
ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ
عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى
، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ
كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Khutbah Jumat oleh Muhammad Abduh
Tuasikal, S.T., M.Sc
Sumber :
https://rumaysho.com/16543-khutbah-jumat-tanggung-jawab-jadi-orang-kaya.html
جزاك الله خيرا
BalasHapus