Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ANAKKU KELAK JADILAH IMAM MASJID

Oleh : Abu Syauqiya
Seorang bocah mungil sedang asyik bermain tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji. Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata, اذهب جعلك الله اماما للحرمين  (Pergi kamu! Biar kamu jadi imam di Haramain!). Subhanallah! dengan memujii Allah Subhanahu wa ta’ala Dzat  yang mampu menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, ternyata  kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram!! Tahukah anda, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu?
Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia, seorang imam yang kuat hafalannya, yang tidak pernah ditemukan cacat bacaannya, dengan lantunan yang merdu dan suaranya yang syahdu. Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais
Ketika Syeikh Abdurrahman as-Sudais dalam usia anak-anak, ibunya selalu mengatakan padanya, “Wahai Abdurrahman, hafalkanlah qur’an. Insya Allah engkau akan menjadi imam masjidil Haram.” Demikian dorongan motivasi dari ibunya agar Syaikh Sudais kecil bisa termotivasi menghafalkan qur’an.
Lalu setiap kali Syeikh Abdurrahman as-Sudais kecil datang ke Masjidil Haram, ia melihat lebih dekat bagaimanakah tingkah laku imam di sana. Kemudian di pikirannya terbayang, apakah mungkin dia akan seperti itu (menjadi imam Masjidil Haram) dari hari ke hari?
Kemudian pikiran Syeikh Abdurrahman as-Sudais kecil akhirnya terpancing. Dorongan dari ibunya tadi benar-benar memotivasinya. Lalu ia terbayang lagi dalam pikirannya, “Mungkinkah saya bisa menghafalkan qur’an tanpa ada yang keliru? Mungkinkah saya bisa melantunkan al qur’an tanpa membuat kesalahan?”
Akhirnya dengan karunia Allah Azza wa jalla, kita dapat melihat sendiri bagaimanakah bacaan beliau ketika memimpin shalat di Masjidil Haram.

Ini adalah teladan bagi para ibu, calon ibu, pendidik, ataupun orang tua, hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tidak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya, karena doa orang tua akan selalu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebagaimana hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
Tidak doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797).
Dalam dua hadits diatas disebutkan umum, artinya mencakup doa orang tua yang berisi kebaikan atau kejelekan pada anaknya.
Dan ini menjadi  peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لا تَدْعُوا على أنْفُسِكُمْ، وَلا تَدْعُوا على أوْلادِكُمْ، وَلا تَدْعُوا على خَدَمِكمْ، ولا تَدْعُوا على أمْوَالِكُمْ، لا تُوافِقُوا مِنَ اللَّهِ ساعَةً نِيْلَ فيها عَطاءٌ فَيُسْتَجابَ مِنْكُمْ
“Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, jugahartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian.(HR. Abu Dawud)

Disamping itu sejak kecil Syeikh Abdurrahman as-Sudais selalu mendekatkan dirinya kepada masjid, kepada Imam-imam masjid, sehingga tertanam dalam jiwanya sosok seorang imam, ambisinya dalam menghafal qur’an juga tidak  kalah penting, seorang yang tertanam jiwa qur’an sejak dini mengantarkan jiwanya kepada penghafal qur’an. Semoga anak-anak kita, generasi kita bisa meneladani, meniru jejak beliau, Amin ya rabbal alamin. 

Posting Komentar untuk "ANAKKU KELAK JADILAH IMAM MASJID"