DIALAH SANG TERDEPAN DALAM SHALAT
Dialah salah seorang yang
berpengetahuan luas dan yang biografinya pantas kita kedepankan. Memang dia tidak begitu
terkenal di kalangan khalayak umum, akan tetapi karena kepakaran ilmunya, dia
bisa dikenal di kalangan intelektual dan para cendikia. Dialah pembesar para tabi’in. Dia
sezaman dengan para sahabat senior Rasulullah yang di antaranya; Umar bin
Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Sayyidah Aisyah
dan Ummu Salamah Ridhwanullah
Alaihim Ajma’in. Dia sangat kuat dalam menghafal, selain juga
cerdas, wira’i dan dan tekun
ibadahnya siapa dia?.
Dia adalah Said bin Al-Musayyib. Nama lengkapnya Sa’id bin al-Musayyab bin Hazn
al-Quraisy al-Makhzumi, ayah dan kakeknya adalah sahabat Nabi Shallallahu
alaihi wassalam, ia dilahirkan sebelum Umar menjadi khalifah, sejak muda telah
melakukan perjalanan siang dan malam untuk mendapatkan hadist Nabi. Mengenai
dia sebagaimana dituturkan oleh Ahmad bin Hambal adalah:” Ia tabi’in paling
utama”. Sedangkan Makhul berkata:” Aku telah menjelajahi bumi untuk menuntut
ilmu, teryata aku tidak bertemu seorangpun yang lebih pandai daripada Sa’id bin
al-Musayyab”. Sementara itu Ali bin al-Madini menyatakan :” Aku tidak tahu di
kalangan tabi’in ada orang yang luas ilmunya daripada dia, menurutku ia adalah
tabi’in terbesar”.
Sikap dan perilakunya memang sesuai dengan namanya (Said berarti
bahagia). Dia merasa bahagia dengan tetap tunduk dan taat kepada Allah ta’ala,
dan menjauhi kedurhakaan serta kebodohan.” Seorang yang tekun
dalam beribadah. Seseorang yang insya Allah tergolong
dalam naungan Allah Subhanahu wa ta’ala di hari kiamat nanti, sebagaimana
hadist Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ
الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ
أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ
Ta’ala Ta’ala. Yaitu:Pemimpin
yang adil, Pemuda
yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala, Seorang
yang hatinya senantiasa bergantung di masjid, Dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala Ta’ala. Seorang yang diajak wanita untuk berbuat yang
tidak baik, dimana wanita tersebut memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia
mampu mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”. Seorang yang
bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan
sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air mata.
Dia termasuk orang yang rajin beribadah dan shalat berjamaah;
mampu menjaga diri dan martabatnya, kewara’annya dan bersikap menerima apa
adanya (qana’ah). Dia tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah selama 30 atau 40
tahun, hal ini sesuai yang diriwayatkan oleh Ibnu harmalah dari Sa’ad bin
Musayyab bahwasannya beliau berkata
ما أذن المؤذن منذ ثلاثين سنة إلا وأنا في المسجد
“Tidaklah
muadzin mengumandangkan adzan selama 30 tahun melainkan saat itu aku ada
bersamanya di masjid.” Beliau rahimahullah juga berkata :
ما فاتتني الصلاة في جماعة منذ أربعين سنة
“Aku tidak
pernah tertinggal shalat berjama’ah selama 40 tahun.”
Juga beliau tidak
pernah melihat punggung orang-orang yang sedang shalat karena dia selalu di
barisan terdepan,
begitu mulianya
Subhanallah, Sa’id bin Al-Musayyib memang manusia yang
menjadikan dunianya sebagai kendaraan dan perbekalan untuk akhiratnya. Beliau
membeli akhirat untuk diri dan keluarganya dengan dunianya. Begitulah sekelumit
kisah potret kehidupan salah seorang salaf (pendahulu) kita. Beliau telah menghiasi masanya dengan gemerlap
ilmu dan amal shalih hingga masa senjanya.
Tidakkah kita melihat betapa hal ini membutuhkan hati
yang teguh dan semangat yang tak mudah luntur. Ketegasannya sebagai ulama’
terhadap umaro’ (penguasa), ketajaman berfikirnya dalam mengambil keputusan dan
keistiqomahannya dalam menjaga amal shalih; itu semua tidak akan dapat
dilakukan oleh orang-orang yang berpangku tangan sementara ia sibuk
berangan-angan melimpahnya pahala untuk dirinya.
Tak berlebihan jika kita melatih diri untuk
membiasakan berada di shaf pertama dalam sholat berjama’ah, mengisi hari-hari
kita dengan puasa sunnah dan meluangkan waktu untuk mengkaji ilmu syar’I sebagai
langkah konkrit untuk menyiapkan generasi yang memiliki kapasitas ilmu,
ketegasan sikap serta kesungguhan amal shalih. semoga kita semua bisa mengikuti
apa yang dilakukan oleh ulama’ salaf sehingga kita bisa dikumpulkan bersama
mereka di surga kelak, Amin ya rabbal alamin.
Posting Komentar untuk "DIALAH SANG TERDEPAN DALAM SHALAT"