KHUTBAH JUM'AT - UNTUK PENCACI MAKI DI MEDIA SOSIAL
Oleh : Syekh Shalah Bin Muhammad
Al-Budair
Khotbah Pertama
Kaum muslimin sekalian!
Orang mukmin sangat antusias terhadap nilai-nilai kebaikan dan
selalu bersikap lemah lembut dengan sesama.
Sikap santun dalam berdialog, lemah lembut dalam berbicara,
halus dalam penyampaian pesan, merupakan jalan tengah yang membuat orang lain
simpati sehingga berbagai kepentingan terakomodir, hati yang bercerai berai dan
pendapat yang berbeda dapat terangkul.
Allah –subhanahu wa ta,ala- berpesan kepada Nabi Musa dan Harun
–alaihimassalam- :
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا
لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى [ طه/ 44[
“Maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia
menjadi sadar atau takut".(Qs Thaha: 44)
Ibnu Katsir –rahimahullah- ketika mengomentari ayat ini berkata
: "Ada pelajaran sangat berharga yang dapat dipetik dari padanya, yaitu
bahwa Fir'aun yang terkenal keangkuhan dan arogansinya, sementara Musa
–alaihissalam- sebaik-baik manusia pilihan Allah saat itu, namun demikian Allah
memerintahkannya untuk tidak berbicara dengan Fir'aun kecuali dengan perkataan
yang santun dan lemah lembut.
Kata-kata cacian hanya mengundang malapetaka. Cacian tidak akan
menghadirkan kembali orang yang kabur dan tidak akan membuat simpati orang yang
berkepala batu, justru hanya menanamkan rasa dendam di hati dan membuat orang
yang berseberangan semakin nekad dan keras kepala.
Bila Anda menghujani orang yang tidak sependapat dengan Anda itu
dengan makian, kecaman dan kutukan, maka apa yang Anda lakukan itu akan semakin
memperkeruh persoalan dan memperparah penyakit. Oleh karena itu, bila Anda
menyampaikan nasihat, sampaikanlah dengan cara yang tidak membuat orang lain
kabur, dan bila Anda berdebat, berdebatlah dengan cara yang santun tanpa
merendahkan lawan bicara.
Orang yang rendah moralnya, kotor tutur katanya, suka
merendahkan martabat sesama, pengumpat orang lain, pelontar tuduhan terhadap
orang tak berdosa, suka menyerang orang-orang yang baik, pengecam dan pengutuk,
semua ucapannya hanya umpatan dan cacian, sungguh ia tidak pantas disebut
reformis, penasihat atau guru pembimbing yang baik.
Begitu terjadi peristiwa di tengah masyarakat, langsung mereka
tangkap intensitas beritanya -entah tempat kejadian peristiwa itu dekat atau
jauh-, mereka segera meluncur ke jaringan internet untuk menjadikan peristiwa
itu sebagai alasan pelampiasan cacian dan umpatan.
Mereka bergegas mencari situs-situs media sosial; maka dari
kalangan mereka muncul-lah penuduh, pengecam, pencaci, pengutuk dan pengumpat
kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah, namun sayangnya amat sedikit
golongan ini.
Wahai Anda yang menulis pernyataan-pernyataan yang penuh
umpatan, kutukan dan cacian. Wahai Anda yang suka menjustifikasi dan
melontarkan tuduhan-tuduhan. Anda akan mempertanggung-jawabkan perbuatan Anda kelak
pada hari pertemuan seluruh makhluk, di mana perbuatan Anda sekecil apapun akan
ditimbang dan diperhitungkan. Setiap orang akan datang didampingi malaikat
penyaksi dan malaikat penggiring.
Wahai Anda yang bersembunyi di balik layar! Wahai Anda yang berlindung
di belakang nama samaran, menghindar dari pandangan khalayak dan keramaian,
untuk memainkan peran licik dengan cara mencaci maki pihak lain! Sadarkah bahwa
Anda berada dalam pengawasan Allah; kesendirian dan keterasingan Anda itu tetap
dilihat Allah.
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا
الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang
yang banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula orang yang kotor
omongannya”.
Manusia yang suka mencela, mengutuk, mengejek dan berkata keji,
bukanlah tipe manusia beriman. Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam-
bukanlah pencela, pengecam dan pengutuk. Sabda beliau :
إنِّي لَمْ أُبْعَثْ
لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
“Sesunguhnya aku tidak diutus
sebagai tukang melaknat, tetapi aku diutus hanyalah sebagai rahmat.”
Beliau pun bersabda :
سِبَابُ المسْلِمِ فُسُوْقٌ
“Mencaci maki seorang muslim
adalah suatu kefasikan". Dalam riwayat lain disebutkan :
اَلْمُسْتَبَّانِ شَيْطَانَانِ يَتَهَاتَرَانِ وَيَتَكَاذَبَانِ
“Dua orang yang saling memaki
adalah seperti dua setan yang saling menjatuhkan dan mendustakan lawannya”.
قَالَ جَابرٌ بن سليْم
رَضيَ اللهُ عَنْه : قُلْتُ: اعْهَدْ إِلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: «لَا
تَسُبَّنَّ أَحَدًا» قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا، وَلَا عَبْدًا، وَلَا
بَعِيرًا، وَلَا شَاةً، )رواه أبو داود(
Jabir Bin Salim –radhiyallahu
anhu- bercerita, "Aku berkata, "Buatlah ikatan perjanjian denganku Ya
Rasulallah!" beliau lalu menjawab, "Janganlah sekali-kali engkau
memaki orang lain". Kata Jabir, "Sejak itulah aku tidak pernah memaki
seorang pun, baik ia berstatus orang merdeka atau hamba sahaya, termasuk tidak
memaki unta dan kambing". (HR Abu Dawud.)
Maka, bertobatlah dari dosa akibat goresan tulisan tangan Anda.
Hapuskanlah dosa cacian dan gangguan yang Anda lakukan. Sesungguhnya orang yang
bertobat dari perbuatan dosa identik dengan orang yang tidak pernah berbuat
dosa.
Ya Allah, ilhamkanlah kepada kami kedewasaan dan kematangan
berpikir, selamatkanlah kami dari kejahatan perbuatan kami. Marilah kita
beristighfar (memohon ampun) kepada Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun bagi orang-orang yang kembali kepada-Nya.
*******
Khotbah Kedua
Kaum muslimin!
Allah –subhanahu wa ta'ala- melarang orang-orang yang beriman
mencaci maki sesembahan orang-orang non muslim agar hal itu tidak mereka
jadikan alasan pembenar untuk mencaci maki Allah –subhanahu wa ta'ala-.
Sesungguhnya mencaci maki tuhan-tuhan sesembahan mereka hanyalah
akan membuat mereka semakin ingkar, keras kepala dan lari dari kebenaran. Hal
itu bertentangan dengan karakteristik misi da'wah yang dikehendaki Allah
–subhanahu wa ta’ala-.
Firman Allah :
وَلا تَسُبُّوا
الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ
عِلْمٍ [ الأنعام/108[
"Janganlah kalian memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah,karena nanti mereka akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan".(Qs Al-An’am: 108)
Waspadalah kalian wahai hamba Allah, janganlah hadapi mereka
dengan kekerasan, makian, kutukan dan umpatan. Sebab hal itu hanya akan
menambah mereka semakin menjauh dari kebenaran, petunjuk sunnah dan nilai-nilai
keluhuran.
Sampaikanlah kebenaran itu dengan mengemukakan alasan-alasan
kuat dan bukti-bukti nyata, melalui cara-cara yang bijak dan elegan. Kewajiban
kalian hanyalah menyampaikan nasihat, mengajak dan mencegah. Soal menjadikan
mereka baik dan buruk bukanlah tugas kalian. Itu urusan Allah, bukan urusan
kalian. Kelak Allah yang akan menghitung dan membalas mereka.
=== Doa Penutup ===
Penerjemah: Usman Hatim
Sumber : https://firanda.com/
Sumber : https://firanda.com/
Posting Komentar untuk "KHUTBAH JUM'AT - UNTUK PENCACI MAKI DI MEDIA SOSIAL"