KHUTBAH JUM'AT - MENURUTI HAWA NAFSU
Khutbah Pertama:
الحَمْدُ
للهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى دِيْنِ
كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا
وَأَشْهَدُ
أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً،
وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ
بَاطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du:
Para jama’ah shalat Jum’at
rahimani wa rahimakumullah …
Kita diperintahkan untuk
senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepada kita
sekalian. Bentuk syukur ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Hazim, seorang ulama
yang zuhud di masa silam,
“Engkau tahan anggota badanmu
dari maksiat dan engkau gunakan dalam ketaatan pada Allah.” (Jami’ Al-‘Ulum wa
Al-Hikam, 2: 84)
Syukur inilah yang kita buktikan
dengan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran:
102)
Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat paling besar
dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti
salaf tersebut dengan baik hingga akhir zaman.
Ingatlah tentang Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan dalam hadits Tsauban radhiyallahu
‘anhu, beliau bersabda,
وَإِنَّهُ
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Sesungguhnya akan ada pada
umatku 30 orang pendusta yang mengaku Nabi. Padahal akulah penutup para nabi,
tidak ada nabi lagi sesudahku.” (HR. Abu Daud, no. 4252; Muslim, no. 2889.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kaum muslimin Jamaah Shalat Jumat
yang moga senantiasa mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah Ta’ala …
Allah Ta’ala mengingatkan agar
kita tidak menuruti hawa nafsu seperti yang pernah diingatkan pada Nabi Daud
‘alaihis salam,
يَا
دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di
antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (QS. Shaad: 26)
Dalam ayat lainnya juga
diingatkan,
فَلِذَلِكَ
فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
“Maka karena itu serulah (mereka
kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan
janganlah mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS. Asy-Syura: 15)
Walau memang nafsu adalah suatu
yang pasti ada pada diri manusia. Kalau tidak ada nafsu makan, nafsu minum,
nafsu pada wanita, tentu ia akan sulit mempertahankan hidup dan sulit untuk
menikah dan menyukai lawan jenisnya.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ah
Al-Fatawa (10: 635)menyatakan, “Adanya nafsu dan syahwat itu sendiri tidaklah
berakibat seseorang dihukum. Seseorang baru dikatakan terkena hukuman ketika ia
menuruti nafsunya sehingga yang ia harus lakukan adalah melarang nafsunya
(untuk melanggar larangan Allah). Melarang nafsu yang akan salah itulah yang
masuk ibadah dan amal shalih.”
Coba perhatikan hadits berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ
عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ
زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ
الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ
يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak Adam telah
ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa
tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan
atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim, no. 6925).
Lihatlah bukan karena kita punya
mata, telinga, lisan, tangan, kaki hingga hati yang membuat kita dihukum. Namun
karena menuruti keinginan jelek dari anggota tubuh tersebut.
Perlu dipahami dahulu,
dikarenakan mengikuti hawa nafsu itulah yang dapat mengarahkan kita pada
kerusakan. Nafsu jelek bisa mengantarkan pada kesyirikan. Nafsu jelek bisa
mengantarkan pada malas beribadah karena lebih senang untuk tidur dibanding
bangun untuk shalat shubuh. Nafsu jelek juga bisa mengantarkan pada maksiat dan
amalan yang tidak ada tuntunan.
Oleh karenanya kita mesti
mengendalikan hawa nafsu dan tidak mengikutinya terus. Bagaimana caranya?
Coba ketahui sebab-sebabnya dan
itulah yang diperbaiki.
Pertama: Membiasakannya sejak
kecil
Kalau mengikuti hawa nafsu sudah
dibiasakan sejak kecil, maka akan terus seperti itu hingga seseorang dewasa.
Karenanya orang tua tidak baik
memanjakan anaknya dengan enggan membangunkannya shalat Shubuh. Kadang orang
tua beralasa, “Ah dia masih ngantuk, kasihan dibangunkan.”
Namun kalau anak meminta mainan,
bahkan ada yang merusak dan melalaikan, malah ketika itu dituruti.
Hati-hati terus mengikuti
keinginan anak, karena ada yang sekedar nafsunya sehingga orang tua harus
menimbang-nimbang manakah yang maslahat.
Kedua: Duduk-duduk dengan
pengikut hawa nafsu
Ingat duduk-duduk dengan pengikut
hawa nafsu, bermajelis dengan para pemabuk, pemain judi, orang yang akhlaknya
rusak hingga dengan orang yang amalannya asal-asalan, hanya membuat kita
terpengaruh.
Karena ingat,
الصَّاحِبُ
سَاحِبٌ
“Sahabat itu sifatnya menarik.”
Ketiga: Kurang mengenal hak Allah
tidak mengenal akhirat dengan baik
Karena kalau seseorang terus
memikirkan dunia dan lalai dari akhirat, hawa nafsunya akan selalu dituruti.
Keempat: Kurang amar ma’ruf nahi
mungkar
Kalau tidak saling mengingatkan,
maka yang ada adalah maksiat akan terus ada di tengah masyarakat kita dan
banyak yang menuruti hawa nafsu. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan,
وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ
مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
“Dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Kelima: Cinta dunia dan terus
tersibukkan dengan dunia
Sifat ini akan membuat kita terus
menuruti hawa nafsu.
Keenam: Tidak mengetahui bahaya
karena menuruti hawa nafsu
Padahal mengikuti hawa nafsu itu
amat berbahaya, dapat membuat kita lalai dari kewajiban, terjerumus dalam dosa
besar hingga berbuat syirik pada Allah.
Demikian khutbah pertama ini,
moga Allah menjauhkan kita dari hawa nafsu yang selalu membawa pada kesesatan.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ
رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
Jamaah Shalat Jumat yang moga
senantiasa diberkahi oleh Allah Ta’ala …
Kalau kita sudah mengetahui
sebab-sebab yang membuat kita mengikuti hawa nafsu, lalu bagaimana cara
mengobatinya?
Pertama: Kembali pada Allah,
banyak ingat akhirat
Karena nurut pada dunia, tidak
membuat kita kekal di dunia. Rumah, mobil, motor, sawah, kekayaan yang kita
miliki tidak bisa membuat kita abadi di dunia. Hidup kita ada batasnya,
sehingga butuh nafsu itu dikendalikan.
Kedua: Melawan hawa nafsu, tidak
menurutinya
Hawa nafsu selamanya tidak
dituruti. Kalau nafsu mengajak kita malas untuk beribadah, maka kita paksa dan
lawan dengan bangkit dan bangun dari kemalasan kita.
Ketiga: Berteman dengan orang
shalih dan bermajelis dengan ulama
Seperti dengan berada di majelis
ilmu dan pengajian.
Demikian khutbah kali ini, moga
Allah menjauhkan kita dari nafsu yang mengajak kepada kejelekan.
Jamaah Shalat Jumat yang moga
senantiasa dirahmati oleh Allah Ta’ala …
Di hari Jumat yang penuh berkah
ini, kami ingatkan untuk memperbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad. Siapa
yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya
sebanyak sepuluh kali. Juga tak lupa nantinya kita berdoa pada Allah di hari
penuh berkah ini, moga doa-doa kita diperkenankan oleh Allah Ta’ala.
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ
مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ
الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا
وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا
عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا
أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ
أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber :
https://rumaysho.com/16182-khutbah-jumat-menuruti-hawa-nafsu.html
Posting Komentar untuk "KHUTBAH JUM'AT - MENURUTI HAWA NAFSU"