BAHAYA RIYA' KARENA TERMASUK KESYIRIKAN
Diriwayatkan
dari Abu Sa'id bin Fadhalah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah
bersabda:
إِذَا جَمَعَ
اللَّـهُ الْاَوَّلِيْنَ وَاْلآخَرِيْنَ لِيَوْمِ اْلقِياَمَةِ لِيَوْمِ
لاَرَيْبَ فِيْهِ نَادَ مُناَدِ مَنْ كاَنَ اَشْرَكَ فِيْ عَمَلِ عَمِلَهُ لِلَّهِ
اَحَدَا فَلْيَطْلُبْ ثَوَابهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ فَاِنَّ اللَّهَ اَغْنَ
اَلشُّرَكاَءِ عَنِ الشِّرْكِ
“Ketika Allah
mengumpulkan manusia dari yang awal hingga yang akhir pada hari Kiamat, hari
yang tiada keraguan di dalamnya, ada yang berseru, 'Siapa saja yang
menyekutukan Allah dengan seseorang pada suatu amalan yang ia lakukan, maka
hendaklah ia meminta pahalanya dari selain Allah, karena Allah adalah Dzat yang
paling tidak membutuhkan sekutu." (HR. Tirmidzi)
Dalam riwayat
lain disebutkan, dari Abu Sa’id Al-khudri, ia berkata :
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ
نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ « أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا
هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ». قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ
« الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ
يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِرَجُلٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah keluar menemui kami dan kami sedang mengingatkan akan (bahaya) Al
Masih Ad Dajjal. Lantas beliau bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa
yang lebih samar bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad
Dajjal?” “Iya”, para sahabat berujar demikian kata Abu Sa’id Al Khudri. Beliau
pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu
ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 4204.)
Satu
hadits lagi yang paling sering kita dengar dalam pembahasan riya' adalah hadits
yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ:
فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ:
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ فَقَدْ
قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ
حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Sesungguhnya manusia
pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah.
Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang
diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal
apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku
berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman
: ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani.
Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup),
lalu dilemparkan ke dalam neraka.
وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ
وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ:
فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ
وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ:
عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ
قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ
حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah
menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan
itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca
al-Qur-an hanyalah karena Engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau
menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca
al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang
begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat)
agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.
وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا
إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ
فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي
النَّارِ
Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’
Allah berfirman : ‘Engkau dusta!
Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati)
dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.
(HR. Muslim)
Riya'
ialah melakukan ibadah dan memperbagusnya karena mengharapkan pujian dari
manusia. Rasulullah telah mengategorikan riya' sebagai kesyirikan dan
memperingatkan kepada umatnya dari bahaya riya', karena riya' adalah kesyirikan
yang tersembunyi dan banyak orang yang terjerumus di dalamnya. Juga dikarenakan
riya dapat merusak dan menghapuskan pahala amal kebaikan.
Dari
hadits-hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa:
- Rasa
takutnya Rasulullah atas para sahabat dari riya' dan peringatan untuk generasi
setelah mereka dengan peringatan yang lebih tegas.
- Orang
yang saleh pun adakalanya terjerumus ke dalam riya' namun ia tidak
menyadarinya.
- Amalan
orang yang berbuat riya' akan ditolak dan tidak diterima.
- Ancaman
yang sangat keras bagi orang-orang yang berbuat riya.
Posting Komentar untuk "BAHAYA RIYA' KARENA TERMASUK KESYIRIKAN"