IMAN KEPADA TAKDIR
Iman kepada takdir termasuk salah satu rukun iman yang enam dalam Islam. Umar bin Khattab telah menyebutkan enam rukun iman dalam haditsnya yang panjang, ia berkata:
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ
عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ
عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ
يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى
رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ
أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ,
وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.
قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ :
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ,
وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ
وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ :
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ
يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ
عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا,
قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ
الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ,
فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟
قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ
يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Suatu ketika,
kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat
putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Ia segera duduk
di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan
kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai Muhammad!
Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak
ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah
mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia
yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia
bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,
“Iman adalah, engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
Rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang
buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya
lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya,
sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu
berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,
“Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun
bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,
“Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang
yang tidak beralas kaki, telanjang, serta pengembala kambing telah saling
berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki
tersebut segera pergi.
Aku pun
terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku “Wahai Umar! Tahukah engkau, siapa
yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR Muslim)
Sesungguhnya
Allah telah menentukan takdir sebelum menciptakan langit dan bumi. Hal ini
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ
أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
Salah satu dari
dasar-dasar keimanan ialah iman kepada qadha dan qadar, sehingga seorang muslim
tidak akan menjadi seorang mukmin sebelum ia mengimani bahwa apa yang
menimpanya tidak mungkin meleset darinya, dan apa yang tidak ditetapkan atasnya
tidak mungkin mengenainya.
Serta mengimani
bahwa seluruh kejadian yang ada maka Allah telah mengetahuinya, menuliskan di
sisi-Nya, menghendakinya dan menciptakannya.
Berpijak pada
hadits-hadits yang disebutkan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
- Penetapan adanya takdir dan bahwa segala sesuatu terjadi atas takdir Allah.
- Wajibnya beriman kepada takdir dan ia merupakan salah satu dasar-dasar keimanan.
***
Dikutip dari Tj. Kitab Durusul Yaumiyah karya Dr. Rasyid Al Abdul Karim Hafidhahullah Ta'ala. Hal. 84
Posting Komentar untuk "IMAN KEPADA TAKDIR"