Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEUTAMAAN MENJADI IMAM SHALAT



1. Orang yang paling utama untuk memimpin kaum muslimin 


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ ، فَإِنْ كَانُوْا فِى الْقِرَاءَةِ سَوَاءٌ فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ ، فَإِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءٌ فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً ، فَإِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوِاءٌ فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا (وَفِى رِوَايَةٍ : سِنًّا)، وَ لاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِه (وفى رواية : فِي بَيْتِهِ) وَ لاَ يَقْعُدْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ


“Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya” (HR. Muslim)


2. Menjadi panutan dalam hal kebaikan.

Sebagaimana dalam firman Allah yang menyebutkan tentang sifat seorang hamba yang bertaqwa.


وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا 

( الفرقان/25: 74(


 “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqan/25:74).


Ibnu Katsir menjelaskan maksud dari pemimpin bagi orang- orang yang bertaqwa adalah jadikanlah seseorang yang mengajak kepada kebaikan dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk.


Dalam Ayat yang lain Allah berfirman: 

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ ( السّجدة/32: 24)

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah/32:24)


Yaitu mereka bersabar atas perintah dan laranganNya sehingga mereka memperoleh derajat yang mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. 


3. Didoakan khusus oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:


الْإِمَامُ ضَامِنٌ، وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ، اللهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ، وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ


“Imam adalah penanggung jawab, muadzin adalah pembawa amanat, Ya Allah berikanlah bimbingan kepada para imam, dan ampunilah dosa para muadzin” (HR. At Tirmidzi No. 207, Abu Daud No. 517, Ahmad No. 7169, Abu Daud Ath Thayalisi No. 2526, Abu Ya’la No 4562, dll).


4. Derajat seorang imam sangat tinggi, sehingga Nabi menunjuk langsung para khulafaurrasyidin untuk menggantinya. 


Rasulullah menunjuk langsung Abu Bakar untuk menjadi imam shalat hal tersebut menandakan bahwa betapa tingginya derajat seorang imam karena imam adalah orang yang terbaik, baik secara ilmunya maupun amalan shalihnya. 


Dan tidak diragukan lagi bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa imam mempunyai keutamaan yang sangat agung meskipun derajat muadzin lebih utama jika merujuk kepada doa Nabi yang dipanjatkan untuk muadzin dan imam, akan tetapi sebagian ulama’ ada yang berpendapat bahwa imam itu lebih utama dibandingkan adzan karena Rasulullah tidak menjadi muadzin namun beliau menjadi imam. 


Sebuah amanah itu lebih tinggi dari pada sebuah penanggungjawab, sebagaimana ampunan itu lebih tinggi dibanding sebuah petunjuk. Alasan kenapa Rasulullah  dan para Khulafaurrasyidin tidak melakukan Azan. Hal ini sebab beliau-beliau mempunyai banyak tugas yang mempersempit kesempatan untuk melakukannya. 


Hal ini dapat kita pahami bagaimana  Umar Radhiyallau anhu  berkata:

(لولا الخلافة لأذنت (اي لكنت مؤذنا

"Andai bukan karena kesibukan tugas kekhalifahan, niscaya saya akan azan."


5. Pahala imam dan ma’mum serta dosa imam jika berbuat salah.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُصَلُّونَ لَكُمْ فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ وَإِنْ أَخْطَئُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ» . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ


Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Mereka mengimami salat kalian. Jika (salat) mereka benar, kalian (dan mereka) mendapatkan bagian pahalanya. Namun jika mereka salah kalian tetap mendapatkan pahala dan mereka mendapatkan dosa."  (HR. Bukhari)


عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَمَّ النَّاسَ فَأَصَابَ الْوَقْتَ فَلَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ انْتَقَصَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعَلَيْهِ وَلَا عَلَيْهِمْ

Uqbah bin Amir berkata; Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang mengimami shalat orang banyak dan tepat pada waktunya, maka baginya dan bagi mereka pahala. Barangsiapa (di antara imam) yang mengurangi waktu meski sedikit, maka dosanya baginya dan tidak bagi mereka (para makmun)." )HR. Abu Dawud).

Wallahu a'lam.

***

Posting Komentar untuk " KEUTAMAAN MENJADI IMAM SHALAT"