Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SHALAT KUSUF (GERHANA)

 


Gerhana, baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan, merupakan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanakan shalat saat terjadi gerhana sebagai bentuk pujian dan menyucikan kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Bakhrah Radiyallahu ‘Anhu, ia berkata :

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى الْمَسْجِدِ وَثَابَ إِلَيْهِ النَّاسُ فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ فَلَمَّا انْكَشَفَتِ الشَّمْسُ قَالَ ‏ "‏ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِمَا عِبَادَهُ وَإِنَّهُمَا لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَصَلُّوا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ

“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu terjadi gerhana matahari. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam segera berdiri dengan menyeret selendangnya hingga masuk ke dalam masjid. Maka kami pun ikut masuk ke masjid. Lalu beliau mengimami kami shalat dua rakaat hingga matahari tampak bersinar.

Setelah itu beliau bersabda, ‘Matahari dan bulan tidak mengalami gerhana disebabkan karena kematian seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka dirikanlah shalat dan perbanyaklah berdoa hingga gerhana yang terjadi pada kalian tersingkap’,” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga mencontohkan kepada para sahabat tata cara shalat gerhana, karena cara pelaksanaannya berbeda dengan shalat sunah yang lain.

Diriwayatkan oleh Aisyah Radiyallahu ‘Anha, ia berkata :

خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي فَأَطَالَ الْقِيَامَ جِدًّا ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ جِدًّا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَأَطَالَ الْقِيَامَ جِدًّا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ جِدًّا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ ‏"‏ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَإِنَّهُمَا لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَكَبِّرُوا وَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ إِنْ مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرَ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

“Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu beliau mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan memanjangkan berdirinya, tapi tidak selama yang pertama.

Kemudian beliau rukuk dengan memanjangkan rukuknya, tapi tidak selama rukuknya yang pertama.

Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan sujudnya. Beliau lantas mengerjakan rakaat yang kedua seperti rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat, matahari telah tampak bersinar kembali. Kemudian beliau menyampaikan khotbah kepada orang banyak.

Beliau memulai khotbahnya dengan memuji Allah dengan mengagungkan-Nya, lalu bersabda, ‘sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, bukan karena kelahiran atau kematian seseorang. Jika kalian melihat gerhana maka perbanyaklah doa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat, dan bersedekahlah.’

Kemudian beliau meneruskan sabdanya, ‘Wahai umat Muhammad! Demi Allah, tidak ada yang melebihi kecemburuan Allah kecuali saat Dia melihat hamba laki-laki atau hamba perempuan-Nya berzina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selanjutnya, cara menyeru orang-orang untuk mendirikan shalat gerhana adalah dengan ucapan, “Ash-shalaatu jaami’ah.” Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru Radiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

لَمّا كَسَفَتِ الشَّمْسُّ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ نُودِيَ اِنَّ الصَّلاَةَ جامِعَة

“Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka diserulah dengan seruan “Ash-shalaatu jaami’ah (marilah mendirikan shalat berjamaah).”  (HR.Bukhari).

Hadits-hadits di atas menunjukan bahwa gerhana bulan dan gerhana matahari merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang digunakan untuk menakut nakuti hamba-nya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, telah mensyariatkan ketika terjadi salah satu dari keduanya agar bersegera melaksanakan shalat, berdzikir, beristighfar, dan berdoa kepada Allah hingga selesai apa yang menimpa mereka. 

Pelajaran yang bisa kita mabil dari penjelasan di atas adalah :

  1. Disunakan melaksanakan shalat gerhana ketika terjadi gerhana.
  2. Panggilan untuk shalat gerhana adalah “Ash-shalaatu Jaami’ah (marilah mendirikan shalat berjama’ah).
  3. Shalat gerhana dikerjakan dengan dua rakaat yang panjang, dan setiap rakaat ada dua rukuk.
  4. Disunakan agar imam memberikan nasihat kepada manusia usai melaksanakan shalat.

***

(Dikutip dari Tj. Kitab Durusul Yaumiyah karya Dr. Rasyid Al Abdul Karim Hafidzahullah Ta'ala Hal. 311)

Posting Komentar untuk "SHALAT KUSUF (GERHANA)"